13.6.10


SIANG

0
menganga jalan. selintas-lintas remah waktu
terbujur di sela-selanya. catatan kemarin
menjingga: masihkah bisa berpaling?
cakrawala mengabur bersama kabut

matahari tak sepanas tahun lalu. daun pun
tak melahirkan hijaunya. apa yang bisa direkam
seekor kucing kehilangan belangnya
lenyap ditelan gerah yang tidak sempurna!

Created By TENGSOE TJAHJONO-

PERISTIWA PENTING TENTANG BAHASA PERSATUAN KITA...

0
  1. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
  2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.[16]
  3. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
  4. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
  5. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
  6. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
  7. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
  8. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
  9. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
  10. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
  11. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
  12. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
  13. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
  14. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
  15. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
  16. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

SEJARAH BAHASA INDONESIA

0
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia[1] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia[2]. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu[3]. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan.[4] Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu.[5] Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya,[6] sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia

10.6.10


BAHASA MELAYU

0
Bahasa Melayu adalah sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan beberapa tempat lain. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei (sebagai bahasa Brunei), Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); salah satu bahasa yang diakui di Singapura; dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik di Nusantara. Migrasi kemudian juga memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand selatan, Filipina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos, yang menjadi bagian Australia.

Bahasa Melayu merupakan rumpun bahasa Austronesia dan aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan menjadi beragam.


Varian-varian bahasa Melayu

Lihat artikel utama: Daftar varian bahasa Melayu

Bahasa Melayu sangat bervariasi. Penyebab yang utama adalah tidak adanya institusi yang memiliki kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Kerajaan-kerajaan Melayu hanya memiliki kekuatan regulasi sebatas wilayah kekuasaannya, padahal bahasa Melayu dipakai oleh orang-orang jauh di luar batas kekuasaan mereka. Akibatnya muncul berbagai dialek (geografis) maupun sosiolek (dialek sosial). Pemakaian bahasa ini oleh masyarakat berlatar belakang etnik lain juga memunculkan berbagai varian kreol di mana-mana, yang masih dipakai hingga sekarang. Bahasa Betawi, suatu bentuk kreol, bahkan sekarang mulai mempengaruhi secara kuat bahasa Indonesia akibat penggunaannya oleh kalangan muda Jakarta dan dipakai secara meluas di program-program hiburan televisi nasional.

Ada kesulitan dalam mengelompokkan bahasa-bahasa Melayu. Sebagaimana beberapa bahasa di Nusantara, tidak ada batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis. Perubahan dialek seringkali bersifat bertahap. Untuk kemudahan, biasanya dilakukan pengelompokan varian sebagai berikut:

1. Bahasa-bahasa Melayu Tempatan (Lokal)
2. Bahasa-bahasa Melayu Kerabat (Paramelayu, Paramalay = Melayu "tidak penuh")
3. Bahasa-bahasa kreol (bukan suku/penduduk melayu) yaitu bahasa yang muncul berdasarkan bahasa Melayu

Jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia sangat banyak, bahkan dari segi jumlah sebetulnya melampaui jumlah penutur Bahasa Melayu di Malaysia, maupun di Brunei Darussalam. Bahasa Melayu dituturkan mulai sepanjang pantai timur Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu hingga pesisir Pulau Kalimantan dan kota Negara, Bali.[6]
[sunting] Dialek Melayu Indonesia

* Dialek Tamiang : dituturkan di kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam
* Dialek Langkat : dituturkan di kawasan Langkat, Sumatera Utara
* Dialek Deli : dituturkan di Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai
* Dialek Asahan : dituturkan di sepanjang wilayah pesisir kabupaten Asahan
* Dialek Kualuh : dituturkan di sepanjang wilayah aliran hulu sampai hilir sungai Kualuh kabupaten Labuhanbatu Utara
* Dialek Bilah : dituturkan di sepanjang wilayah hilir aliran sungai Bilah kabupaten Labuhanbatu
* Dialek Panai : dituturkan di sepanjang wilayah hilir aliran sungai Barumun kabupaten Labuhanbatu
* Dialek Kotapinang : dituturkan di sepanjang wilayah aliran sungai Barumun kabupaten Labuhanbatu Selatan
* Dialek Melayu Riau : dituturkan di kawasan Kepulauan Riau
* Dialek Melayu Riau Daratan : terbagi atas beberapa dialek lainnya tergantung wilayah (Siak, Rokan, Inderagiri, Kuantan)
* Dialek Anak Dalam : kemungkinan termasuk kelompok Kubu, Talang Mamak di kawasan Riau dan Jambi
* Dialek Melayu Jambi : dituturkan di provinsi Jambi
* Dialek Melayu Bengkulu : dituturkan di kota Bengkulu
* Dialek Melayu Palembang : dituturkan di kota Palembang dan Kota Muara Enim dan sekitarnya
* Dialek Bangka-Belitung : dituturkan di provinsi Bangka-Belitung
* Dialek Pontianak : dituturkan di kabupaten Pontianak dan kota Pontianak, Kalimantan Barat
* Dialek Landak : kabupaten Landak dan sekitarnya, Kalimantan Barat
* Dialek Sambas : dituturkan di kabupaten Sambas dan sekitarnya,Kalimantan Barat
* Dialek Ketapang : dituturkan di kabupaten Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat.
* Dialek Berau : dituturkan di kabupaten Berau dan sekitarnya, Kalimantan Timur
* Dialek Kutai : dipakai di kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
* Dialek Loloan : dituturkan di kota Negara, Jembrana, Bali.

Dialek Riau Kepulauan dan beberapa kawasan di Riau Daratan dituturkan sama seperti Dialek Johor.
[sunting] Bahasa kerabat Melayu

"Bahasa kerabat" adalah bahasa-bahasa lain yang serupa dengan Bahasa Melayu, namun masih ada perbedaan pendapat mengenai soal itu. Mereka adalah

1. Bahasa Minangkabau (min) di Sumatera Barat
2. Bahasa Banjar (bjn) di Kalimantan Selatan
3. Bahasa Kedayan (kxd) (Suku Kedayan) di Brunei, Sarawak
4. Dialek Melayu Kedah (meo) (Melayu Satun)
5. Dialek Melayu Pulau Kokos (coa)
6. Dialek Melayu Pattani (mfa)
7. Dialek Melayu Sabah (msi)
8. Dialek Melayu Bukit(Bahasa Bukit) (bvu) (Suku Dayak Bukit) di Kalimantan Selatan
9. Bahasa Serawai (srj) di Bengkulu
10. Bahasa Rejang (rej) di Rejang Lebong, Bengkulu
11. Bahasa Lebong di Lebong, Bengkulu
12. Bahasa Rawas (rws) di Musi Rawas, Sumatera Selatan
13. Bahasa Penesak (pen) di Prabumulih, Sumatera Selatan
14. Bahasa Komering di Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
15. Bahasa Enim (eni)
16. Bahasa Musi (mui)
17. Bahasa Kaur (vkk)
18. Bahasa Kerinci/(Kerinci-Sakai-Talang Mamak)(vkr)
19. Bahasa Kubu (kvb)
20. Bahasa Lematang (lmt)
21. Bahasa Lembak (liw)
22. Bahasa Lintang (lnt)
23. Bahasa Lubu (lcf)
24. Bahasa Loncong/Orang Laut (lce)
25. Bahasa Sindang Kelingi (sdi)
26. Bahasa Semendo (sdd)
27. Bahasa Rawas (rws)
28. Bahasa Ogan (ogn)di Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan
29. Bahasa Pasemah ( pse) di Sumatera Selatan
30. Bahasa Suku Batin [sbv] di Jambi
31. Bahasa Kutai di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
1. Dialek Tenggarong - Melayu Kutai (vkt)
2. Dialek Kota Bangun - Melayu Kutai (mqg)

[sunting] Bahasa Melayu Kreol

Bahasa Melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antarsuku bangsa khususnya di Indonesia. Dalam perkembangannya terutama kawasan-kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa masing-masing, bahasa Melayu mengalami proses pidginisasi dengan berbaurnya berbagai unsur bahasa setempat ke dalam bahasa Melayu dan karena dituturkan oleh anak-anaknya, bahasa Melayu mengalami proses Kreolisasi. [6] Bahasa Melayu, khususnya di Indonesia Timur diperkenalkan pula oleh para misionaris asal Belanda untuk kepentingan penyebaran agama Kristen.

Di pulau Jawa, terutama di Jakarta, bahasa Melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar bahasa Melayu Pasar tercampur dengan berbagai bahasa di sekelilingnya, khususnya bahasa Tionghoa, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Bugis, bahkan unsur bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Melayu dalam bentuk kreol ini banyak dijumpai di Kawasan Indonesia Timur yang terbentang dari Manado hingga Papua.

Bentuk Melayu Kreol tersebut antara lain :

* Dialek Melayu Jakara bahasa Betawi : dituturkan di Jakarta dan sekitarnya
* Dialek Melayu Peranakan: banyak dituturkan oleh kalangan orang Tionghoa di pesisir Jawa Timur dan Jawa Tengah.
* Dialek Melayu Manado (bahasa Manado): dipakai sebagai lingua franca di Sulawesi Utara
* Dialek Melayu Maluku Utara (max): dipakai di hampir seluruh Maluku Utara
* Dialek Melayu Bacan (btj): dipakai di kawasan pulau Bacan, Maluku Utara
* Dialek Melayu Ambon : dipakai sebagai bahasa ibu bagi warga kota Ambon, dan bahasa kedua bagi warga sekitarnya
* Dialek Melayu Banda : berbeda dengan Melayu Ambon, dan digunakan di kawasan Kepulauan Banda, Maluku
* Dialek Melayu Larantuka : dipakai di kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur
* Dialek Melayu Kupang : menjadi lingua franca di wilayah Kupang dan sebagian Pulau Timor
* Dialek Melayu Papua : Papua, Papua Barat
* Dialek Melayu Makassar (mfp) : Sulawesi Selatan

[sunting] Dialek luar Indonesia

Dialek-dialek bahasa Melayu di Malaysia adalah seperti berikut:

* Dialek Utara (Kedah, Perlis, Penang & Perak Utara) : dituturkan di negara bagian Kedah, Pulau Pinang, Perlis dan bagian utara negara bagian Perak. Terbahagi kepada beberapa sub-dialek seperti Perlis, Pulau Pinang, Kedah Utara dan Kedah Hilir. Dialek yang dituturkan oleh penduduk di Kedah Timur menampakkan banyak persamaan dengan dialek Kelantan dan Pattani, dialek ini dikenali sebagai dialek Kedah Hulu.

* Dialek Kelantan : dituturkan di negera bagian Kelantan dan daerah Besut, Terengganu. Penduduk di beberapa buah daerah di Kedah seperti Baling, Sik dan Kuala Nerang bertutur di dalam dialek yang menampakkan banyak persamaan dengan Dialek Kelantan. Dialek Kelantan merupakan sub-dialek Dialek Pattani ataupun Yawi.

* Dialek Terengganu: dituturkan di Terengganu kecuali daerah Besut dan sebahagian negeri Pahang.
* Dialek Perak - Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil:
o Dialek Perak Tengah : dituturkan di bagian tengah negara bagian Perak.
o Dialek Perak Selatan : dituturkan di bagian selatan negara bagian Perak.
o Dialek Perak Timur: dituturkan di bahagian timur negara bahagian Perak iaitu Lenggong, Grik dan Kroh yang bersempadan dengan Thailand, Kedah dan Kelantan. Dialek yang dituturkan mempunyai campuran Dialek Utara,Dialek Perak dan Dialek Kelantan/Petani.

* Dialek Selangor - KL : dituturkan di negara bagian Selangor, Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur, Putrajaya serta kota-kota besar di Semenanjung Malaysia.

* Dialek Negeri : dituturkan di negara bagian Negeri Sembilan dan kawasan Taboh Naning, Melaka.

* Dialek Malaka : dituturkan di negara bagian Melaka kecuali kawasan Taboh Naning.

* Dialek Johor - Riau : dituturkan di negara bagian Johor dan selatan Pahang.

* Dialek Pahang - Negara bagian Pahang kaya dengan pelbagai jenis dialek daerah yang dituturkan di daerah-daerah di mana Sungai Pahang mengalir:-
o Hulu Sungai Pahang : Dialek Jerantut, Lipis, Bentong dan Raub (dituturkan dengan cepat dari segi kelajuan percakapan).
o Pertengahan Sungai Pahang : Dialek Temerloh (dituturkan secara sederhana dari segi kelajuan percakapan).
o Hilir Sungai Pahang : Dialek Chenor dan Pekan (dituturkan dengan perlahan dari segi kelajuan percakapan).

* Dialek Sarawak

* Dialek Labuan - dituturkan di Persekutuan Labuan (sejenis dialek campuran antara bahasa Kedayan dan bahasa Melayu Brunei).

* Dialek Sabah - Negara bagian Sabah mempunyai beberapa jenis dialek Melayu yaitu:-
o Dialek Melayu Sabah - dituturkan di seluruh negara bagian Sabah dan merupakan dialek utama di negera bagian tersebut.
o Dialek Kokos / Cocos - dituturkan oleh orang Melayu keturunan Kokos / Cocos di Tawau, Lahad Datu, Kunak, Sandakan dan Kepulauan Cocos (Keeling), wilayah Australia.
* Dialek Baba - Sejenis dialek campuran antara bahasa Melayu dan dialek Hokkien. Dialek ini terbahagi kepada tiga pecahan kecil iaitu:-
o Dialek Baba Melaka - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Melaka. Ia merupakan dialek asal bagi dialek Melayu Baba.
o Dialek Baba Pulau Pinang - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di negara bagian Pulau Pinang.
o Dialek Baba Singapura - dituturkan oleh kaum Baba dan Nyonya di Republik Singapura.

Dialek Johor - Riau juga dituturkan di Republik Singapura dan Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Indonesia.

Dialek-dialek bahasa Melayu di Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand adalah seperti berikut:

* Dialek Singapura : dituturkan di Republik Singapura. Dialek ini merupakan pecahan dari dialek Johor-Riau.
* Dialek Brunei : dituturkan di Kerajaan Brunei Darussalam serta bagian pedalaman, negara bagian Sabah dan Wilayah Persekutuan Labuan, Malaysia.
* Dialek Patani : dituturkan di provinsi Pattani, Narathiwat, Yala, Songkhla dan Satun di Kerajaan Thailand.

Kini, kebanyakan angkatan baru sudah kehilangan upaya untuk bercakap dalam dialek ibu dan bapak mereka karena adanya penerapan bahasa Melayu ketetapan dalam pendidikan negara. Karena ada perbedaan dialek yang amat nyata, kadang kala penutur bahasa Melayu dari dialek tertentu tidak dapat mamahami penutur dialek yang lain terutama sekali dialek Kelantan, Sarawak dan Sabah.

Di luar wilayah tersebut, terdapat pula dialek Srilangka yang perlahan-lahan mulai punah, serta dialek Afrika Selatan, yang dipakai oleh pengikut Syekh Yusuf yang dibuang ke Cape Town.

OH

0
Oh….
kau baru mengetahiunya..
Oh…
Kau mulai menanyakan sesuatu
Oh…
Kau baru ingat sesuatu rupanya…
Oh…
Dia juga menyambut datangnya kecewa…
Oh…
Dia sadar ini sakit…
Oh…
kau tak tahu apa yang akan kau ucap…
Oh…
Ya sudahlah….

belum ada judul

0

KAU KENAL AKU DENGAN DETIK JAM TANGANMU…

YANG KALAU DETIKNYA BERHENTI, KAU AKAN MENGGANTINYA…

KAU TULIS AKU DENGAN PASIR PANTAI

YANG TIAP OMBAK DATANG AKAN PERLAHAN TERHAPUS…

KAU PANGGIL AKU DENGAN ANGIN…

YANG TERKADANG ADA DAN TERKADANG TAK ADA

KAU INGAT AKU DENGAN LAGU…

YANG MUNGKIN TAK TERLANTUN JADI TERLUPA…

KAU PANDANG AKU DENGAN CAHAYA…

YANG KETIKA MALAM DATANG MENGHILANG SEJENAK…

KENAL AKU DENGAN DETIK JAM TANGANMU…

YANG KALAU SENYAP MENYELUBUNGIMU, DETIKNYA AKAN SLALU TERDENGAR…

TULIS AKU DENGAN PASIR PANTAI…

YANG TIAP BUTIRNYA DAPAT KAU GENGGAM DAN KAU BAWA

PANGGIL AKU DENGAN ANGIN…

YANG TERKADANG MAMPU MELELAPKANMU

INGAT AKU DENGAN LAGU

YANG MUNGKIN JADI SENYUM SAAT TANGIS

PANDANG AKU DENGAN CAHAYA…

YANG KETIKA HITAM MENANGKAPMU MAMPU MEMBERIKAN RUANG NAFAS…


(Temukan aku ditiap kataku,,

Dan ditiap kataku akan kau tahu siapa aku…)

Benarkah kau kenal aku dan aku kenal kau?



created by GreentyChaz


MUSIM KEMBALI GUGUR

0

Musim kembali gugur…

Dedaunan mulai terlepas,,

Terhempas…

Ada yang terbawa angin menjauh dari pohon…

Ada yang terbawa angin hanya sampai kaki pohon…

Dan ada yang terhempas kesana kemari…

Menjauh dan mendekat pada pohon….

Musim kembali gugur…

Tangkai tegar pada sepi,,

Dedaunan menjauh…

Hanya dia,,menunggu semi…

Musim kembali gugur…

Terlepas mencari arah…

Kembali hanya dia..

Dan yang lain pun sama….

Mencari arah sambil menunggu semi….

Musim kembali gugur..

Mungkin memang daun terlepas,,

Terhempas…

Tapi masing-masing punya tujuan…

Dan akan kembali pada semi nanti….


Created By Greentychaz


BAHASA MADURA

0

Bahasa Madura adalah bahasa yang digunakan Suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 15 juta orang, dan terpusat di Pulau Madura, Ujung Timur Pulau Jawa atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Kangean, Kepulauan Masalembo, hingga Pulau Kalimantan.

Di Pulau Kalimantan, masyarakat Madura terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas. Namun kebanyakan generasi muda Madura di kawasan ini sudah hilang penguasaan terhadap bahasa ibunda mereka.


Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Malayo-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.

Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh Bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda.

Contoh :

  • bhila (baca : bhileh e schwa) sama dengan bila = kapan
  • oreng = orang
  • tadha' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
  • dhimma (baca : dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
  • tanya = sama dengan tanya
  • cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tapi tidak sengau)
  • onggu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
  • Kamma (baca : kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)= kemana?

Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.

Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada huruf b, d, j, g, jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun demikian penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.

Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal huruf a schwa selain a kuat. Sistem vokal lainnya dalam Bahasa Madura adalah i, u, e dan o.


Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti :

Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini seringkali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.

Contoh pada kasus kata ganti kamu :

  • kata be'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep.
  • sedangkan kata kakeh untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
  • Heddeh dan Seddeh dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.

Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat Madura daratan.

Contoh :

  • akoh : saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)
  • kaoh : kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)
  • berrA' : barat (berre' dengan e schwa dalam bahasa Madura daratan)
  • morrAh : murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)

BAHASA TEGAL

0

Bahasa Jawa Tegal adalah salah satu dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Kota Tegal dan sekitarnya.

Tegal termasuk daerah Jawa Tengah di dekat perbatasan bagian barat. Letak Tegal yang ada di pesisir Jawa bagian utara, juga di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, menjadikan dialek yang ada di Tegal beda dengan daerah lainnya. Pengucapan kata dan kalimat agak kental. Dialek Tegal merupakan salah satu kekayaan bahasa Jawa, selain Banyumas. Meskipun memiliki kosa kata yang relatif sama dengan bahasa Banyumas, pengguna dialek Tegal tidak serta-merta mau disebut ngapak karena beberapa alasan antara lain: perbedaan intonasi, pengucapan, dan makna kata.


Ciri khas

Selain pada intonasinya, dialek Tegal memiliki ciri khas pada pengucapan setiap frasanya, yakni apa yang terucap sama dengan yang tertulis. Secara positif -seperti dipaparkan oleh Ki Enthus Susmono dalam Kongres Bahasa Tegal I- hal ini dinilai mempengaruhi perilaku konsisten masyarakat penggunanya. Untuk lebih jelas, mari kita amati beberapa contoh dan tabel berikut ini:

  • padha, dalam dialek Tegal tetap diucapkan 'pada', seperti pengucapan bahasa Indonesia, tidak seperti bahasa Jawa wetanan (Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan podho.
  • saka, (dari) dalam dialek Tegal diucapkan 'saka', tidak seperti bahasa Jawa wetanan (Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya) yang mengucapkan soko.

Tabel 1 (perbedaan pengucapan)

Dialek Tegal Bahasa Jawa Standar
padha podho
saka soko
sega sego
apa opo
tuwa tuwo

Dalam kasus tersebut, Enthus menilai masyarakat pengguna bahasa Jawa wetanan (Surakarta, Yogyakarta, dan sekitarnya) kurang konsisten ketika mengucapkan gatutkaca ditambahi akhiran ne. Kata itu bukan lagi diucapkan gatutkocone, melainkan katutkacane, seperti yang dituturkan oleh masyarakat Tegal. Lihat tabel berikut ini:

Tabel 2 (kesamaan ucapan pada kata dasar ditambah akhiran ne)

Kata Dasar Dialek Tegal Bahasa Jawa Standar
segane+ne segane segane, bukan segone
gatutkaca+ne gatutkacane gatutkacane, bukan gatutkocone
rupa+ne rupane rupane, bukan rupone


Wilayah pengguna

Berikut adalah pemetaan masyarakat pengguna dialek Tegal:


BAHASA OSING

0
Bahasa Osing adalah dialek bahasa Jawa yang dipertuturkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Kata osing berasal dari kata tusing dalam bahasa Bali, bahasa daerah tetangganya, yang berarti "tidak".

Bahasa Jawa Osing mempunyai keunikan dalam sistem pelafalannya, antara lain:

  • Adanya diftong [ai] untuk vokal [i] : semua leksikon berakhiran "i" pada bahasa Jawa Osing khususnya Banyuwangi selalu terlafal "ai". Seperti misalnya "geni" terbaca "genai", "bengi" terbaca "bengai", "gedigi" (begini) terbaca "gedigai".
  • Adanya diftong [au] untuk vokal [u]: leksikon berakhiran "u" hampir selalu terbaca "au". Seperti "gedigu" (begitu) terbaca "gedigau", "asu" terbaca "asau", "awu" terbaca "awau".
  • Lafal konsonan [k] untuk konsonan [q]. Di Bahasa Jawa, terutama pada leksikon berakhiran huruf "k" selalu dilafalkan dengan glottal "q". Sedangkan di Bahasa Jawa Osing, justru tetap terbaca "k" yang artinya konsonan hambat velar. antara lain "apik" terbaca "apiK", "manuk", terbaca "manuK" dan seterusnya.
  • Konsonan glotal [q] yang di Bahasa Jawa justru tidak ada seperti kata [piro'], [kiwo'] dan demikian seterusnya.
  • Palatalisasi [y]. Dalam Bahasa Jawa Osing, kerap muncul pada leksikon yang mengandung [ba], [pa], [da], [wa]. Seperti "bapak" dilafalkan "byapak", "uwak" dilafalkan "uwyak", "embah" dilafalkan "embyah", "Banyuwangi" dilafalkan "byanyuwangai", "dhawuk" dibaca "dyawuk".

Di kalangan masyarakat Osing, dikenal dua gaya bahasa yang satu sama lain ternyata tidak saling berhubungan. Yakni Cara Osing dan Cara Besiki. Cara Osing adalah gaya bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak mengenal bentuk Ngoko-Krama seperti layaknya Bahasa Jawa umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pronomina yang disesuaikan dengan kedudukan lawan bicara, misalnya :

  • Siro wis madhyang? = kamu sudah makan?
  • Riko wis madhyang? = anda sudah makan?
    • Hiro/Iro = digunakan/lawan bicara untuk yang lebih muda(umur)
    • Siro = digunakan/lawan bicara untuk yang selevel(umur)
    • Riko = digunakan/lawan bicara untuk yang di atas kita (umur)
    • Ndiko = digunakan/lawan bicara untuk orang tua (bapak/ibu)

Sedangkan Cara Besikiadalah bentuk "Jawa Halus" yang dianggap sebagai bentuk wicara ideal. akan tetapi penggunaannya tidak seperti halnya masyarakat Jawa, Cara Besiki ini hanya dipergunakan untuk kondisi-kondisi khusus yang bersifat keagamaan dan ritual, selain halnya untuk acara pertemuan menjelang perkawinan.


Apa Itu Bahasa ???

0

Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk katasintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki berbagai definisi. Definisi bahasa adalah sebagai berikut: dengan aturan

  1. suatu sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan dan keadaan.
  2. suatu peralatan yang digunakan untuk menyampaikan konsep riil mereka ke dalam pikiran orang lain
  3. suatu kesatuan sistem makna
  4. suatu kode yang yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna.
  5. suatu ucapan yang menepati tata bahasa yang telah ditetapkan (contoh: Perkataan, kalimat, dan lain-lain.)
  6. suatu sistem tuturan yang akan dapat dipahami oleh masyarakat linguistik.

Bahasa erat kaitannya dengan kognisi pada manusia, dinyatakan bahwa bahasa adalah fungsi kognisi tertinggi dan tidak dimiliki oleh hewan[1] Ilmu yang mengkaji bahasa ini disebut sebagai linguistik.

Menetapkan perbedaan utama antara bahasa manusia satu dan yang lainnya sering amat sukar. Chomsky (1986) membuktikan bahwa sebagian dialek Jerman hampir serupa dengan bahasa Belanda dan tidaklah terlalu berbeda sehingga tidak mudah dikenali sebagai bahasa lain, khususnya Jerman.

APA ITU SASTRA ?

1

Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Yang agak bias adalah pemakaian istilah sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.

Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.

Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: